Ada seseorang, mengidap penyakit
Herpes Zooster, yang lebih di kenal sebagai penyakit
Cacar Ular. Ia lebih memilih mencari obatnya sendiri dengan meminta refrensi dari apoteker, di apotek yang di kunjunginya.
Alhasil, selain meminum
pil antivirus khusus untuk Cacar ular, dibantu salep yang di rekomendasikan apoteker, serta di bantu ramuan herbal dicampur alkohol untuk olesan, memang cacar ularn yang di idapnya, akhirnyasembuah juga.
Namun, obat nya hanya di minum 50% dari dosis yang di anjurkan apoteker. Sebut saja B namanya, memang punya kebiasaan mengurangi dosis obat yang akan di konsumsinya, dari yang di anjurkan.
Alasannya, khawatir efek samping dari obat-obatan yang harus di konsumsinya. Sekalipun, obat dari dokter, dan jumlah penggunaan berdasarkan kata dokter.
Beda lagi kisah soal si AR, sebut saja juga demikian inisialnya. AR selalu beranggapan dokter dan orang-orang, adalah kaki obat.
Baginya, semua obat, terutama resep dokter, sama berbahayanya dengan sakit/penyakitnya.
Ia tidak paham mengapa orang tidak memandang serius bahaya kimia dalam obat modern.
Namun suatu hari, anggapan AR berubah 180 derajat, oleh sebuah teori.
Oleh seorang kawannya. Bahwasannya, kalau soal efek samping, semua obat akan ada efek samping, kalau di konsumsi dalam jangka panjang.
Vitamin saja kebanyakan bisa jadi masalah bagi tubuh.
Kawan AR nya bilang takaran obat dari dokter dalam ambang batas aman. Bahkan keterangan di kemasan obat biasanya juga dalam ambang aman,"
Juga katanya, ada alasan mengikuti anjuran dokter, mengenai berapa hari/sampai kapan obat mesti di konsumsi. Katakan dalam 3 hari makan obat, sakit sudah sembuh, obatnya harus di konsumsi lagi. Tujuannya, supaya tuntas, kalau virus, supaya ngak kambuh.
Tentang Author
St
Dikirim pada -
17 Sep 2023
" Selamat datang, selamat membaca dan selamat berseluncur "
Lainnya oleh Santuy :
Komentari
Posting Komentar